Breaking News
"Barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat (memberikan rahmat) kepadanya sepuluh kali." (HR. Muslim, no. 384). Mari kita jadikan membaca sholawat sebagai bagian dari hobi dan kegemaran kita. Silahkan isi formulir pendaftaran yang sudah kami sediakan, daftarkan diri Anda sekarang juga! Selamat membaca sholawat 😇

Mengapa Turast Penting Untuk Generasi Muda: 7 Contoh Turats Dalam Tradisi Pesantren

Mengapa Turast Penting Untuk Generasi Muda - Mengapa Turast Penting Untuk Generasi Muda: 7 Contoh Turats Dalam Tradisi Pesantren
banner 120x600

KANZANESIA.COM – Mengapa turast penting untuk generasi muda? Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, banyak nilai-nilai tradisional yang mulai terkikis, termasuk dalam dunia pendidikan dan kehidupan beragama.

Salah satu aspek penting yang harus dijaga dan dilestarikan adalah turats, yaitu warisan keilmuan dan budaya Islam yang diwariskan oleh para ulama terdahulu.

Mengapa turast penting untuk generasi muda? Bagi generasi muda, memahami dan menghidupkan turats sangat penting sebagai landasan dalam membangun karakter, intelektualitas, dan kedalaman spiritual. Turats bukan hanya sekadar warisan masa lalu, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan petunjuk dalam menghadapi tantangan hidup di era modern.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa turast penting untuk generasi muda, serta bagaimana warisan tersebut dapat membantu mereka menavigasi dunia yang terus berkembang dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam yang kokoh.

Baca Juga: Wajib Baca Nih! 2 Versi Filosofi Ilmu Padi dalam Islam

Pengertian Turats

Turats adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti warisan atau peninggalan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya. Pengertian turats secara etimologis, kata “turats” berasal dari akar kata waritsa (وَرِث), yang berarti mewarisi.

Dalam konteks keilmuan Islam, turats mencakup kekayaan intelektual dan budaya yang diwariskan oleh para ulama dan cendekiawan Muslim masa lalu. Warisan ini meliputi berbagai elemen penting, seperti kitab-kitab klasik, manuskrip, tradisi, adat istiadat, serta sistem pemikiran yang tertuang dalam tulisan dan praktik.

Macam-macam Turats dan Contohnya

Turats dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama:

1. Turats Materiil

Merujuk pada peninggalan fisik berupa karya tulis dan artefak budaya. Contohnya adalah kitab-kitab kuning yang membahas berbagai cabang ilmu keislaman seperti fiqih, tafsir, dan tasawuf.

Banyak dari karya ini tersimpan di perpustakaan besar dunia atau dalam bentuk manuskrip yang memerlukan pelestarian. Kitab Fathul Mu’in, Ihya’ Ulumuddin, dan Al-Muwatha’ adalah beberapa contoh turats yang mempengaruhi generasi keilmuan hingga saat ini.

2. Turats Non-Materiil

Termasuk tradisi lisan, adat istiadat, nilai-nilai, dan praktik budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Contohnya adalah metode pembelajaran di pesantren, praktik wirid dan dzikir, serta tradisi musyawarah.

Turats non-materiil ini membentuk budaya dan karakter masyarakat Muslim, menciptakan pola hidup yang sesuai dengan ajaran Islam.

Mengapa Turast Penting Untuk Generasi Muda?

1. Membangun Identitas Keislaman yang Kuat

Turats adalah cermin sejarah dan identitas umat Islam. Memahami karya dan pemikiran ulama klasik memungkinkan generasi muda mengenali akar budaya mereka, membangun jati diri yang kokoh, dan menghargai tradisi yang telah membentuk peradaban Islam.

2. Memperkaya Keilmuan dan Intelektual

Turats menyimpan solusi dan kebijaksanaan yang relevan dengan persoalan modern. Banyak pemikiran ulama terdahulu dapat diadaptasi untuk menjawab tantangan kontemporer dalam berbagai bidang, termasuk sosial, ekonomi, dan politik.

3. Menjaga Nilai-Nilai Moral dan Etika

Kitab-kitab turats mengandung pelajaran tentang etika, adab, dan akhlak yang membentuk karakter pribadi dan masyarakat. Nilai-nilai ini penting untuk menciptakan tatanan sosial yang harmonis dan berperadaban.

Mengapa turast penting untuk generasi muda?

Melalui pendekatan kontekstual, warisan turats dapat terus dikembangkan untuk menjawab isu-isu kontemporer. Hal ini memerlukan pemahaman yang mendalam, metode kritis, dan kemampuan interpretasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Mengapa turast penting untuk generasi muda? Hal ini juga karena, para cendekiawan Muslim masa kini memiliki tugas untuk menjaga relevansi turats sambil tetap terbuka terhadap dinamika perkembangan zaman.

Salah satu prinsip penting dalam menjaga tradisi keilmuan Islam adalah kaidah berikut:

ٱلۡمُحَافَظَةُ عَلَى ٱلۡقَدِيمِ ٱلصَّالِحِ وَٱلۡأَخۡذُ بِٱلۡجَدِيدِ ٱلۡأَصۡلَحِ

(Al-Muhafazhah ‘ala al-Qadim as-Shalih wal Akhdzu bil Jadid al-Ashlah)

Artinya: Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.

Kaidah ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong untuk menjaga warisan yang sesuai dengan syariat dan tetap terbuka pada kemajuan selama membawa kebaikan.

Contoh Turats dalam Tradisi Pesantren

1. Tahlilan

Tahlilan adalah bagian dari tradisi keagamaan yang memadukan zikir, doa, dan sedekah sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang telah meninggal. Praktik ini memiliki akar turats yang kuat dalam konsep shadaqah jariyah dan dzikir berjamaah, seperti yang dijelaskan dalam berbagai kitab klasik, di antaranya Al-Adzkar karya Imam Nawawi.

Doa untuk orang yang telah meninggal juga memiliki dasar syar’i yang kuat. Dalam hadits riwayat Muslim, dijelaskan bahwa apabila seorang anak shalih mendoakan orang tuanya yang telah meninggal, doa tersebut akan diterima dan memberikan manfaat bagi mereka.

إِذَا مَاتَ ٱبۡنُ ءَادَمَ ٱنقَطَعَ عَمَلُهُۥٓ إِلَّا مِن ثَلَٰثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوۡ عِلۡمٍ يُنتَفَعُ بِهِۦ، أَوۡ وَلَدٍ صَٰلِحٍ يَدۡعُوا لَهُ

“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

2. Istighotsah

Istighotsah adalah permohonan doa secara kolektif untuk memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi kesulitan. Kitab-kitab turats seperti Majmu’ Syarif memuat panduan bacaan istighotsah yang didasarkan pada sunnah Nabi Muhammad ﷺ.

Tradisi ini mengajarkan ketergantungan total kepada Allah, memperkuat spiritualitas, dan membangun solidaritas komunitas.

Istighotsah adalah memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi kesulitan. Berikut ini benerapa dalil istighotsah:

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٍ مِّنَ ٱلۡمَلَـٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ

“Ingatlah ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu Dia mengabulkan permohonanmu, sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” Al-Qur’an Surat Al-Anfal Ayat 9

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

3. Kesuksesan Pendidikan di Pesantren

Kesuksesan pesantren dalam mencetak generasi berakhlak mulia dan berilmu adalah bukti nyata keberhasilan metode turats. Sistem pendidikan berbasis talaqqi, musyawarah, dan hafalan kitab klasik melatih santri untuk menguasai ilmu agama secara mendalam sekaligus membentuk karakter tangguh. Kitab-kitab seperti Ta’limul Muta’allim menjadi pedoman penting dalam etika belajar yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Selain tahlilan, istighotsah, dan keberhasilan pendidikan, terdapat beberapa bentuk turats lainnya yang menjadi tradisi khas pesantren. Tradisi ini mencerminkan kekayaan budaya Islam yang terus dipelihara dan berkembang sesuai dengan kaidah al-muhafazhah ‘ala al-qadim as-shalih wal akhdzu bil jadid al-ashlah.

4. Pembacaan Kitab Kuning

Kitab kuning atau kitab gundul adalah simbol utama turats dalam pesantren. Beberapa karya yang paling banyak diajarkan antara lain:

Fathul Qarib karya Imam Abu Suja’ dalam bidang fiqih.

Tafsir Jalalain karya Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi.

Alfiyah Ibn Malik yang membahas kaidah nahwu (tata bahasa Arab).

Pembacaan kitab-kitab ini menggunakan metode sorogan dan bandongan, di mana kiai membimbing santri secara langsung dalam memahami makna dan kandungan teks. Turats ini memiliki peranan penting untuk melatih santri untuk memahami ilmu agama secara mendalam dan membentuk pola pikir analitis.

5. Tradisi Manakiban

Tradisi manakiban atau membaca kisah-kisah para wali dan tokoh agama merupakan salah satu bentuk amal yang mendatangkan keberkahan dan rahmat. Kisah-kisah tersebut mengandung teladan yang baik dan nilai-nilai spiritual yang dapat memperkuat iman dan memperbaiki akhlak umat. Mengingatkan diri tentang perjuangan dan pengorbanan para wali dapat menjadi motivasi bagi umat Islam dalam menghadapi kehidupan.

6. Tradisi Khataman

Khataman adalah bentuk syukur atas selesainya pengajian suatu kitab atau membaca bahkan hafalan Al-Qur’an. Acara ini biasanya diiringi doa bersama dan tausiyah dari kiai. Khataman bukan hanya bentuk apresiasi atas pencapaian ilmu, tetapi juga penguatan hubungan sosial antara santri, kiai, dan masyarakat sekitar.

7. Musyawarah Fiqhiyyah

Musyawarah adalah forum diskusi santri dalam membahas masalah-masalah fiqih dengan merujuk pada kitab-kitab turats. Metode ini melatih santri berpikir kritis, memahami dalil-dalil syar’i, dan mengambil kesimpulan hukum berdasarkan kaidah ushul fiqih. Tradisi ini mencerminkan dinamika intelektual yang tumbuh dalam lingkungan pesantren.

Sebagai generasi penerus, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan meneruskan turats sebagai warisan berharga dari para ulama terdahulu. Mengapa turast penting untuk generasi muda? Karena, dengan memahami dan menghidupkan turats, generasi muda tidak hanya dapat menjaga kelestarian nilai-nilai Islam, tetapi juga mengintegrasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan zaman.

Mengapa turast penting untuk generasi muda? Karena turats memberikan landasan yang kuat bagi pembangunan karakter, intelektualitas, dan spiritualitas yang kokoh, sehingga dapat mencetak generasi yang berilmu, berakhlak, dan siap memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.