Teks Sholawat Burdah Lengkap adalah salah satu teks sholawat yang sangat terkenal di kalangan umat Muslim. Sholawat ini juga dikenal dengan sebutan Qasidah Burdah yang merupakan karya dari seorang penyair besar bernama Imam Al-Busiri. Sholawat Burdah ini terdiri dari beberapa bagian yang masing-masing bagian memiliki makna dan keindahan tersendiri.
Sholawat Burdah telah menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Muslim dan sering kali dibacakan pada berbagai acara keagamaan, seperti pernikahan, acara tahlilan, maupun pada acara-acara keagamaan lainnya. Selain itu, sholawat ini juga sering dibaca dalam rangkaian ibadah sehari-hari, baik itu pada waktu pagi, petang, maupun pada waktu-waktu lainnya.
Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang Teks Sholawat Burdah Lengkap dan makna yang terkandung di dalamnya. Artikel ini akan membahas setiap bagian dari sholawat ini secara terperinci, sehingga pembaca dapat memahami dengan baik isi dari sholawat Burdah ini. Kami juga akan membahas mengenai sejarah dan latar belakang dibuatnya sholawat ini, serta pentingnya sholawat Burdah dalam kehidupan umat Muslim.
Teks Sholawat Burdah Lengkap : Bagian ke-1
Pengarang qasidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Said Al-Bushiri. Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qasidah lain, antara lain Al-Qasidah Al-Mudhariyah dan Al-Qasidah Al-Hamziyah.
Al-Bushiri adalah keturunan Berber yang lahir di Dala, Maroko, dan dibesarkan di Bushir, Mesir. Ia adalah murid sufi besar Imam Asy-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abul Abbas Al-Mursi, tokoh Tarekat Syadziliyah. Di bidang fikih, Al-Bushiri menganut Madzhab Syafi’i, madzhab fikih mayoritas di Mesir, termasuk di Indonesia.
Pada masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Quran, di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab, ia pindah ke Kairo. Di sana, ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang handal. Kemahirannya di bidang syair melebihi para penyair pada zamannya. Karya-karya kaligrafinya juga terkenal indah.
Di dalam qasidah Burdah diuraikan beberapa segi kehidupan Nabi Muhammad SAW, pujian terhadapnya, cinta kasih, doa-doa, pujian terhadap Al-Quran, Isra Mi’raj, jihad, tawasul, dan sebagainya. Dengan memaparkan kehidupan Nabi secara puitis, Al-Bushiri tidak saja telah menanamkan kecintaan umat Islam kepada nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai moral kepada kaum muslimin. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika qasidah Burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf.
Al-Burdah, menurut etimologi, banyak mengandung arti, antara lain baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman, dan masyarakat pada umumnya. Burdah juga merupakan nama qasidah yang digubah oleh Ka’ab bin Zuhair bin Abi Salma yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW.
Ada beberapa alasan khusus mengapa qasidah Burdah ini ditulis. Pada suatu waktu, Al-Bushiri mengalami sakit lumpuh sehingga ia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Lalu, ia menulis puisi yang memuji Nabi dengan tujuan memohon syafaatnya. Saat sedang tidur, ia bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi mengusap wajah Al-Bushiri dan melepaskan jubahnya, lalu menaruhnya di tubuh Al-Bushiri. Ketika ia bangun dari mimpinya, Al-Bushiri tiba-tiba sembuh dari lumpuhnya.
Menurut sebagian guru, shalawat Burdah dapat digunakan untuk mengobati penyakit lumpuh atau mati separuh.